Konferensi Internasional di Berbagai Komunitas
Konferensi Internasional
Yogyakarta@23-11-2022. Bagi sebagian orang mungkin ikut konferensi internasional adalah sesuatu yang menakutkan dan bahkan memalukan. Apa pasalnya kita yang memiliki artikel ilmiah dipercaya untuk diikutsertakan dalam sebuah ajang bergengsi internasional dalam subyek tertentu.

Bahagia dan bercampur ketakutan adalah gejolak yang ada di benak ini. Bagaimana tidak kita disamakan dengan para pemikir dan peneliti kaliber dunia yang sudah malang melintang dalam kajian keilmuan tertentu. Jelas ini membuat dengkul lemes dan jantung dag dig dug dherrr鈥pakah saya pantas untuk berbicara dan presentasi dalam kancah dunia internasional dalam bahasa resmi PBB? Bagaimana kalau nanti salah ucap, lafal atau berintonasi pastilah akan menjadi kacau dan memalukan semua yang ada di sana. Demikianlah rasa sembraut yang ada di kepala ini.

Hari itu tiba dan kita harus melangkah keluar dari hotel memasuki gedung pertemuan ajang internasional di sana. Ada yang bermata sipit, berhidung panjang bahkan berkulit hitam pekat. Belum lagi pemberi materi berbahasa dengan gaya kepala bergoyang-goyang, ada lagi si rambut bule yang berpakaian asal-asalan. Sedemikian ajaib dan aneh pertemuan itu semua praktis tidak ada basa-basi dan tepat waktu dalam berbagai hal. Sekarang giliran saya bicara dan mulailah perkenalan diri dan membacakan artikel makalah yang sudah ditentukan.

Di tengah presentasi tubuh saya bergetar karena ada salah ucap akan paparannya. Anehnya komunitas orang luar negeri tetap memberi semangat鈥encoba memahami berempati dan saya diminta tenang bicara kalau bisa hanya menunjukkan kata-kata bahasa Inggrisnya. Demikian juga tanya jawab yang digambarkan seperti ujian skripsi yang mencecar ternyata tidak dalam bahasa santai dengan senda gurau padahal saya tahu persis narasumber adalah cendikiawan kompeten dan pakar di bidang itu.

Berbeda ketika beberapa waktu saya mengikuti konferensi internasional dalam komunitas Indonesia, mereka berbahasa Inggris yang saya tidak tahu karena terlalu cepat. Ketika saya presentasi muka moderator bergaya 'ngenyek' bahkan kadang terlontar pengulangan kata saya yang keliru.

Tidak itu saja ketika tanya jawab, pertanyaannya sangat sulit melebihi ujian Doktoral sekalipun. Ketika jawaban tidak sesuai moderator akan dikejar bak berhadapan dengan penyidik. Tak heran akhirnya banyak dosen dan peneliti kapok ikut konferensi internasional yang diadakan komunitas lokal dalam balutan internasional. Karena di sana hanya menjadi ajang permaluan diri dan penghinaan saja. (Pris)