Komunikasi Organisasi/Ilham Prisgunanto. Jakarta: Prisani Cendekia , 2025.
iv, 139hal; 21cm
harga Rp. 75.000,-

Buku ini dengan berani membedakan antara organisasi dan kelompok dengan mengeluarkan dimensi-dimensi yang bisa digunakan guna melihat dan membedakan antara organisasi dan kelompok yang kadang pada akademisi dan praktisi tidak bisa membedakan secara langsung. Buku ini lebih berdiri secara netral antara komunikasi organisasi yang berbeda dalam dua genre perspektif yaitu komunikasi organisasi obyektif dan subyektif yang kerap berseteru satu dengan yang lain. Meski diakui buku ini lebih berdiri dalam perspektif subyektivistik namun dengan berani penulis meletakkan awal mula komunikasi organisasi dalam perspektif obyektivistik dengan gaya paradigma positivistiknya. Dari sini diakui kemapanan keilmuan komunikasi organisasi penulis ketika mampu membahas secara mendalam kedua mazhab itu dalam pertarungan metodologis maupun aksiologi dalam perdebatan panjang kedudukan dari esensi dasar komunikasi organisasi.
Tidak itu saja pembaca dibawa dalam ranah yang sangat netral ketika berbicara tentang applied teoritik yang diajukan dalam pembahasan mendalam buku ini. Buku ini jelas mendudukan posisi mereka sebagai pihak netral yang tidak akan buta pada pencekokan metodologis dalam praktik komunikasi organisasi di lapangan. Pembuktian bahwa jamaah Islam adalah organisasi bukan kelompok semakin meyakinkan mumpuninya buku ini sebagai jawaban lugas akan kehausan orang akan literatur komunikasi organisasi yang terlalu teoritik dan akademis sehingga membuat orang bosan mengkajian komunikasi organisasi yang terlalu ilmiah yang kaku. Buku ini bisa memecahkan itu dan mendobrak dogmatis bahwa komunikasi organisasi itu dalam hitungan njelimet pada pengolahan data statistik. Cara pandang visi ke depan penulis buku ini jelas terlihat dari gaya tulisnya yang sangat populer dan tidak melulu pada keilmuan kaku dari komunikasi. Alhasil buku bisa mengisi kekosongan dari komunikasi organisasi yang kebanyakan hanya literatur saduran dari luar negeri sehingga orang tersesaat dalam memahami makna sesungguhnya dari literatur karena benturan budaya dalam menafsirkan makna yang sesungguhnya (Anisah)