Banyak orang tidak paham apa arti adanya seminar dan konferensi untuk kemajuan keilmuan? Perlu disadari bahwa perkembangan ilmu sangat tergantung pada adanya interaksi antar ilmuwan dalam pengembangan keilmuannya. Salah satu yang diperlukan adalah saling berbagi (sharing) keilmuan dan apa yang sedang dikembangkan atau dikerjakan oleh seseorang. Dengan adanya saling berbagi maka kemungkinan adanya triangulansi keilmuan akan muncul dan berakhir adanya kenakalan intelektual yang membawa kepada pengembangan dan kemungkinan kemuncullan ilmu baru dari pengembangan pada subyek dan bidang-bidang yang semula tidak dipikirkan menjadi dipikirkan dan dikembangkan habis-habisan oleh kajian keilmuan baru. Hal inilah yang menunjukkan pentingan pertemuan ilmiah seperti seminar dan konferensi bagi kajian keilmuan yang ada.
Salah satu contoh nyata dalam bidang komunikasi adalahh irisan antara ilmu komunikasi dengan kesehatan. Dahulu orang menganggap bahwa promosi kesehatan sangat kaku dan hanya membicarakan sosialisasi kampanye yang tidak penting. Pada perkembangannya ternyata promosi kesehatan menjadi sangat penting apalagi dengan kejadian Covid 19 yang menjadikan sedemikian penting pemahaman publik akan penyakit dan pandemik yang ada. Kacau balaunya dunia dengan simpang siurnya hoax yang disebabkan pemahaman komunikasi promosi kesehatan yang dangkal pada publik. Demikian juga arti kesehatan dalam pemahaman kesembuhan pada pasien dengan paramedik.
Alhasil ada irisan kuat bahwa komunikasi promosi kesehatan tidaklah seperti pesan berjalan dalam lintasan sistem melainkan ada dalam ranah lintas budaya yang sangat absurb dan perlu dipahami dalam kontek pemikiran dan cara berpikir orang akan arti kesehatan itu. Di sinilah letak keberhasilan kesembuhan dalam medis pada tataran interaksi komunikasi lintas budaya pada publik. Semua ini ada karena terbukanya interaksi antar lintas keilmuan yang ada dalam konteks akademik. Tanpa adanya seminar dan konferensi yang memunculkan lahan kajian baru tidak akan ada komunikasi lintas budaya dalam lahan keilmiahan medis yang ada. Oleh sebab itu ilmuwan (scholars) yang baik adalah mereka yang selalu terhubung dengan komunitas keilmuan yang diampu dan diminatinya. Sayangnya di Indonesia ini begitu minim ilmuan terhubung dengan komunitas keilmuannya, alhasil mereka hanya akan menjadi ilmuan jago kandang yang mengukur keilmuannya pada lingkup kampusnya saja dan tidak berkarya dan diakui dunia internasional dan nasional. Coba hitung apakah seorang doktor sudah menulis berapa buku dan artikel ilmiah dalam satu tahun ini? Bila tidak bertambah berarti mereka jago kandang dan tidak mau berkarya. (Pris)